Mina Abadi : Kembangkan Hasil Perikanan, Produknya Sudah Sampai Hongkong
0 menit baca
Adalah Sulistiyanto (42
th), sang penggerak Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLASAR) MINA ABADI,
Bendorejo, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri yang melakukan diversifikasi dalam
pengolahan produk perikanan dari Waduk Gajah Mungkur. Produknya kini sudah mulai
merambah pasar internasional. Bermacam produk seperti abon patin, keripik kulit
nila, sosis, kaki naga, dan nugget dari ikan nila yang telah sukses menembus
pasar nasional melalui penjualan online, mulai merambah ke pasar Hongkong
dengan memanfaatkan rekan-rekan TKI yang awalnya membawa produknya sebagai
oleh-oleh, namun belakangan mulai banyak permintaan karena produknya diminati
disana.
Mina Abadi awalnya didirikan medio 2009
silam sebagai wadah bagi para pengolah dan pemasar produk perikanan yang didapat
dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Sebagian besar anggotanya mengolah sajian
ikan hanya dengan digoreng. Karena produk yang sama dan belum bisa
berkembang dengan baik, maka pada 2012, Mina Abadi mengikuti
pelatihan dari IPTEKMAS Balitbang Kementerian Perikanan Dan Kelautan, yang
mengembangkan produk dengan diversifikasi hasil perikanan selain di goreng.
Beberapa varian yang dikenalkan adalah pembuatan abon dan kripik kulit ikan.
Mina Abadi pun berkembang menjadi sebuah
kelompok yang menyajikan hasil perikanan yang lebih bervariasi. Namun
belakangan, karena proses yang dinilai rumit dan cost produksi yang lumayan besar daripada
hanya dengan menggoreng ikan dan menjualnya, beberapa anggota tidak telaten dan
meninggalkan program diversifikasi produk yang sedang dirintis. Salah satu yang
masih bertahan dengan proses diversifikasi hingga sekarang adalah Sulistiyanto,
sang penggerak Mina Abadi.
Industri Rumahan Yang Merambah Pasar Internasional
Dengan
dibantu anggota keluarganya, Sulistiyanto atau yang akrab dipanggil Anto,
mengembangkan beberapa macam produk dari hasil perikanan di Waduk Gajah Mungkur
seperti abon patin, keripik kulit nila, sosis, kaki naga, dan nugget dari ikan
nila. Yang paling terkenal adalah Abon Patin dan Kripik Kulit Ikan Nila. Bahkan
untuk kripik kulit persebarannya sudah sampai Aceh untuk lokal dan Hongkong
untuk pasar internasionalnya.
Diakui Anto, memang banyak kendala dalam
mengembangkan usaha ini, dari mulai rekannya sesama anggota Mina Abadi yang
tidak telaten mengembangkan produk-produk baru, hingga rumitnya mengedukasi
masyarakat untuk bisa mencintai produk perikanan selain yang telah ada
dipasaran. Anto menambahkan bahwa masyarakat cenderung enggan mencoba produk
baru yang belum populer. “Kendalanya selain banyak rekan yang akhirnya tidak
telaten, juga dalam proses pemasaran. Banyak masyarakat yang enggan mencoba
produk baru. Proses edukasi dan pengenalan ini yang agak sulit.” ujarnya.
Namun Anto tak berputus asa dan mencoba
peruntungan di pasar yang lebih luas. Dengan harga yang relatif terjangkau,
Anto masih yakin produknya bisa diminati. Mina Abadi pun membuka jasa pembelian
lewat online melalui websitewww.minaabadi.com.
Hasilnya luar biasa, kini 50% penjualannya justru dia dapat dari pesanan lewat
online marketing. “Justru dari online lakunya bisa 50% mas, dan bisa sampai ke
seluruh Indonesia yang pesan.” tambah Anto.
Dengan
sertifikasi halal dari MUI dan sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
dari Departemen Kesehatan, semakin memantapkan Anto untuk membidik pasar yang
lebih luas. “PIRT dan sertifikasi halal sudah dapat, Kedepannya targetnya bisa
segera dapet izin BPOM mas, sejauh ini masih sulit. Harapannya sebagai industri
kecil bisa dipermudah proses mengurusnya. saya punya target untuk membidik
pasar yang lebih luas lagi” ujar Anto.